BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Indonesia
dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka sumber daya alam yang potensinya
cukup besar. Salah satu diantaranya adalah sumber daya minyak, gas, dan panas
bumi. Kendati telah dieksploitasi selama kurun waktu hampir 2 abad, ternyata
masih banyak yang belum diusahakan. Tercatat baru 30 cekungan yang telah
diekspolitasi, pada umumnya berada di wilayah barat Indonesia, dan 30 cekungan
lagi di wilayah timur Indonesia yang disebut dengan wilayah frontier menanti untuk
digarap di masa depan. Hasil minyak dan gas merupakan komoditi yang menguasai
hajat hidup orang banyak serta merupakan komoditi yang diandalkan untuk sumber
devisa bagi negara. Oleh karena itu, pemerintah membentuk Pertamina untuk
mengusahakan dan mengembangkan sumber daya migas dan panas bumi di Indonesia.
PT
Pertamina (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
berperan dalam memenuhi kebutuhan minyak
dan gas bumi. Unit Pengolahan IV yang merupakan salah satu unit operasi
dari direktorat pengolahan Pertamina yang berlokasi di Cilacap memiliki tujuan
memuaskan konsumen dan meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan meningkatkan
kinerja kilang yang berwawasan lingkungan dan berstandar internasional yang
dikelola secara profesional. Adanya peningkatan permintaan Bahan Bakar Minyak
(BBM) dari tahun ke tahun di samping naiknya harga minyak dunia menyebabkan
kenaikan harga BBM di dalam negeri. Hal tersebut menjadi tantangan bagi
Pertamina untuk terus meningkatkan efisiensi dan mutu pelayanannya, terutama
setelah berakhirnya Public Service Obligation (PSO) terhadap pengadaan dan
distribusi BBM yang menyebabkan persaingan menjadi semakin ketat. Perhatian
tehadap mutu pada saat sekarang ini, terutama jika dikaitkan dengan industri
manufaktur dan jasa merupakan suatu keharusan. Mutu adalah permasalahan yang
penting dan mendesak, karena jika perusahaan tidak menunjukkan kinerja mutu
produk dan pelayanan padahal konsumen menuntutnya, maka akan berakibat pada
beralihnya konsumen pada produk dan pelayanan perusahaan lain. Hal ini berarti
bahwa perusahaan dalam jangka panjang akan mengalami kehancuran. Dalam dunia
bisnis global masa kini persaingan kian ketat, konsumen dan stakeholders
menjadi semakin
memperhatikan mutu,
sehingga diperlukan manajemen mutu secara total.
Menciptakan
mutu produk atau suatu output perusahaan berarti menciptakan suatu proses kerja
dalam perusahaan yang menjamin dihasilkannya suatu produk dengan standar mutu
tertentu. Manajemen mutu harus mewarnai proses kerja dari hulu sampai hilir,
dari perencanaan hingga penjualan, bahkan pelayanan purna jual. Upaya
peningkatan mutu antara lain adalah dengan memperbaiki rancangan, standar, dan
prosedur kerja sedemikian rupa, sehingga jumlah produk yang cacat dapat ditekan
sekecil mungkin. Pengendalian mutu itu sendiri sebenarnya bersifat pencegahan
(Tim Warta Pertamina, 2002).
Perhatian Pertamina pada
soal mutu baru dimulai tahun 1990-an. Bentuk yang paling dasar dari perhatian
terhadap mutu ini adalah pembentukan Gugus Kendali Mutu (GKM).
Beberapa
permasalahan yang dihadapi antara lain adalah berapa jumlah dan persentase
karyawan yang terlibat, serta berapa jumlah gugus yang ada dan aktif. Setelah
memperhatikan statistik yang ada, pimpinan PT Pertamina menilai kegiatan GKM di
Pertamina umumnya menunjukkan tidak adanya suatu peningkatan yang signifikan
dan dianggap sebagai kegiatan yang tidak dijalankan secara sungguh-sungguh.
1.2.
Landasan
Teoritis
1.2.1.
Definisi
Gugus Kendali Mutu (GKM)
Menurut
Chandra et al. (1991), GKM adalah sekelompok orang dari wilayah kerja yang
sama, datang bersama secara sukarela untuk mengidentifikasi permasalahan dalam
wilayah kerja mereka, menganalisis, dan mencari solusinya. Gugus tersebut
mengajukan solusi pada manajemen dan melaksanakannya setelah disetujui.
Tinjauan ulang dan tindakan lanjut dari pelaksanaan solusi juga merupakan
tanggung jawab dari Gugus.
Konsep
dasar GKM adalah anggapan bahwa penyebab persoalan mutu atau produksi tidak
diketahui oleh para pekerja dan manajemen, juga diandaikan bahwa pekerja pabrik
mempunyai pengetahuan yang siap pakai, kreatif, dan dapat dilatih untuk
menggunakan kreativitas alamiah dalam pemecahan persoalan pekerjaan. Walaupun
demikian, GKM merupakan pendekatan yang membina manusia, bukannya pendekatan
penggunaan manusia (Crocker et al., 2004).
1.2.2.
Ciri
–ciri Gugus Kendali Mutu
Adapun
ciri-ciri gugus kedali mutu adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
a. Untuk
meningkatkan komunikasi, terutamaantara karyawan lini dengan manajemen.
b. Mencari
dan memecahkan masalah
2. Organisasi
a. GKM
terdiri atas seorang kepala dengan delapan sampai sepuluh karyawan yang berasal
dari satu bidang pekerjaan.
b. Gugus
juga mempunyai seorang koordinator dan satu atau lebih fasilitator yang bekerja
erat dengan gugus.
3. Latihan
Latihan formal dalam hal
teknik pemecahan persoalan biasanya merupakan bagian dari pertemuan gugus.
1.2.3.
Langkah-Langkah
Aktual Pembentukan GKM
Crocker
et al. (2004) memaparkan secara ringkas langkah-langkah actual dalam proses
pelaksanaan GKM, terdiri dari meminta bantuan konsultan dari luar, memperoleh
komitmen, membentuk struktur Gugus, dan menempatkan program dalam tempat yang
tepat, yang akan diuraikan sebagai berikut :
1.
Konsultan dari Luar
2.
Memperoleh Komitmen
3.
Membentuk Struktur
Gugus
4.
Menempatkan Program
dalam Tempat yang Tepat
1.2.4.
Mekanisme
Kerja GKM
GKM menangani berbagai
macam masalah yang melalui beberapa tahapan. Masalah tersebut satu demi satu
ditangani melalui tahap yang berkelanjutan, (Chandra et al., 1991) yakni :
(1) pengumpulan masalah,
(2) pemilihan masalah,
(3) analisis masalah,
(4) pemecahan masalah,
(5) presentasi manajemen,
(6) implementasi,
(7) peninjauan ulang dan
tindak lanjut
1.2.5.
Penilaian
Kinerja Gugus
Penilaian
gugus memerlukan tiga jenis pengukuran, yaitu : (1) ukuran produktivitas
obyektif, (2) ukuran sikap subyektif mengenai pengaruh gugus terhadap
organisasi, dan (3) analisis proses intern yang berlangsung dalam gugus
(Crocker et al., 2004).
Pengukuran
produktivitas mencakup mutu, scrap, kuantitas, biaya marjinal, biaya prasarana, peralatan,
keamanan kerja dan kecelakaan, perawatan, dan waktu kosong. Sikap dan pergaulan
meliputi kepercayaan timbal-balik, komunikasi, hubungan atasan dan bawahan,
bolos kerja, keluhan kerja, penggunaan keterampilan, keanggotaan gugus,
kepuasan pribadi, jenis dan jumlah persoalan yang dipecahkan. Proses gugus
mencakup struktur, pengaruh, pemecahan persoalan, keterbukaan, dan pemantauan.
Pengukuran jenis kedua yaitu sikap subyektif mengenai pengaruh gugus terhadap
organisasi menggunakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan mengenai : (1)
gugus dan latihan (aspek teknis gugus), (2) proses gugus (keberhasilan
pemecahan masalah), (3) efektivitas gugus, (4) sikap atau perasaan terhadap
gugus dan organisasi, dan (5) pertanyaan mengenai identitas responden.
1.2.6.
Kinerja
Perusahaan
Istilah
kinerja berasal dari kata performance, yang berarti prestasi yang dicapai oleh
seseorang (Mangkunegara, 2002). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Oktaviani (2004), kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan. Kinerja juga dapat diartikan sebagai kegiatan menunaikan tugas
dan hasil karya (Narni dalam Oktaviani, 2004)
1.3. Perumusan Masalah
Adapun Perumusan Masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
implementasi Gugus Kendali Mutu yang ada di PT Pertamina (Persero) UP IV
Cilacap.
2. Mengidentifikasi
indikator kinerja perusahaan yang nyata dan dapat diidentifikasi, khususnya
yang terkait dengan mutu.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Implementasi
Gugus Kendali Mutu Sistem Manajemen Mutu Pertamina (SMMP)
Sistem Manajemen Mutu Pertamina (SMMP) adalah suatu
sistem manajemen mutu yang dibuat dengan mengacu pada implementasi sistem
manajemen
mutu berstandar internasional dengan mengikuti perkembangannya untuk diterapkan
di seluruh tingkatan kegiatan Pertamina disesuaikan dengan sifat dan
kondisinya.
SMMP bertujuan untuk membawa Pertamina menjadi
perusahaan kelas dunia dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu yang
efektif dan efisien sebagai dasar untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui
proses yang berkualitas dengan landasan basic mentality dan didukung oleh
kepemimpinan yang baik serta perbaikan di segala bidang secara berkesinambungan.
Kebijakan mutu (quality policy) merupakan falsafah dasar
yang dinyatakan secara tertulis dan diterbitkan oleh manajemen puncak yang
menyatakan bahwa manajemen mempunyai komitmen atas penerapan sistem manajemen
mutu dalam mencapai visi dan misi Pertamina. Pertamina Unit Pengolahan IV
Cilacap mengolah minyak bumi menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), Non BBM, dan
Petrokimia memiliki komitmen untuk memuaskan pelanggan dengan :
1. Menghasilkan
produk dengan mutu terbaik yang ramah lingkungan, memenuhi persyaratan
pelanggan dan pasar dunia.
2. Proses
produksi yang efisien untuk mendapatkan hasil yang kompetitif, serta
mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan.
3. Meningkatkan
efektivitas Sistem Manajemen Mutu secara berkesinambungan. Kebijakan Mutu harus
dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pekerja UP IV, mitra kerja, dan
pelanggan.
Elemen-elemen
dalam SMMP adalah sebagai berikut :
1. Tuntutan
pelanggan (customer requirements), semua proses aktivitas perusahaan diarahkan
untuk memenuhi hal ini. Kunci utama mengidentifikasi tuntutan pelanggan adalah
komunikasi secara terus-menerus.
2. Kepuasan
pelanggan (customer satisfaction), mencakup perbedaan antara harapan dengan
kinerja atau hasil yang dirasakan.
3. Mental
dasar (basic mentality) yang diharapkan adalah sikap yang menunjang sesuai
dengan persyaratan sistem manajemen mutu yang meliputi kesadaran berkualitas,
komitmen, keterlibatan, dukungan, siklus PDCA, pengendalian.
4. Proses
(process), adalah aktivitas utama yang meliputi: perencanaan, produksi,
pengiriman, pelayanan, serta interaksi dengan pemasok maupun pelanggan sesuai
dengan kaidah-kaidah manajemen mutu.
5. Kepemimpinan
(leadership), tanggung jawab manajemen.
Tahap-tahap
pembentukan GKM secara garis besar terdiri dari :
(1) persiapan,
pengenalan, dan sosialisasi
Persiapan, Pengenalan, dan
Sosialisasi Langkah awal dalam pembentukan GKM adalah melakukan persiapan
dengan dengan meminta bantuan konsultan dari luar perusahaan, yaitu Wahana
Kendali Mutu (WKM) dalam mengadakan pelatihan dan memberikan konsultasi mengenai kendali mutu.
(2) pembuatan
struktur dan prosedur
Unsur-unsur organisasi
dalam pengelolaan GKM terdiri dari fasilitator, ketua gugus, dan notulis atau
sekretaris, sedangkan steering comittee adalah Sekretariat OP&M.
(3) pelaksanaan,
Proses
kerja GKM terdiri diawali dengan memilih pimpinan GKM, untuk tahap pertama
dipilih pimpinan formal sebagai pimpinan GKM. Selanjutnya, dilakukan
identifikasi masalah di tempat kerja, kemudian mengevaluasi dan memilih tema
yang sederhana dan periode penyelesaian singkat. Pertemuan secara berkala juga
diselenggarakan untuk memecahkan masalah dengan teknik-teknik yang ada
(4) pembudayaan.
Budaya kerja merupakan
bagian dari budaya korporat. Sasaran dan tujuan akhir adanya kegiatan GKM di
Pertamina UP IV bukan semata-mata pada efisiensi biaya dan peningkatan
keuntungan, tetapi lebih ditekankan pada peningkatan budaya kerja
2.2. Indikator Kinerja Perusahaan Terkait dengan
Mutu
Perusahaan memiliki indikator kinerja yang digunakan
sebagai pengukur kinerjanya, termasuk kinerja mutu. Salah satu indikator
kinerja yang penting adalah Key Performance Indicator (KPI). Tunggal (2003)
mendefinisikan KPI sebagai tolok ukur yang mendorong organisasi mencapai
tujuannya. KPI atau Ukuran Kinerja Terpilih (UKT) adalah alat untuk mengukur
kesehatan dan kebugaran perusahaan atau organisasi. Dengan kata lain, KPI
merupakan ukuran keberhasilan kinerja dari suatu unit usaha, fungsi, kelompok,
atau individu. Oleh karena itu, KPI bisa dibuat untuk keseluruhan perusahaan,
masing-masing bidang atau bagian, kelompok kerja atau tim, maupun masing-masing
jabatan. KPI menekankan pada aspek kinerja organisasi yang penting dan vital
bagi kesinambungan masa depan organisasi.
Adapun Tujuan dari KPI antara lain :
1. Mengukur
kecenderungan kinerja di dalam perusahaan sehingga diketahui peluang yang dapat
dicapai untuk peningkatan kinerja dan efektivitas upaya-upaya peningkatan
kinerja.
2. Dasar
perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain agar diketahui
kelemahan-kelemahan perusahaan dan peluang untuk menciptakan nilai bagi
penilaian kinerja.
3. Mendasari
penyusunan sasaran kerja Fungsi dan penetapan insentif sehingga dapat digunakan
untuk menyusun sasaran kerja individu dan kelompok serta dapat dijadikan dasar
penetapan penghargaan kinerja, insentif, dan keputusan promosi.
BAB
III
KESIMPULAN
Menurut Chandra et al.
(1991), GKM adalah sekelompok orang dari wilayah kerja yang sama, datang
bersama secara sukarela untuk mengidentifikasi permasalahan dalam wilayah kerja
mereka, menganalisis, dan mencari solusinya.
Adapun ciri-ciri gugus kedali mutu adalah
sebagai berikut :
1.
Tujuan
2.
Organisasi
3.
Latihan
Penilaian
gugus memerlukan tiga jenis pengukuran, yaitu :
1.
ukuran produktivitas
obyektif,
2.
ukuran sikap
subyektif mengenai pengaruh gugus terhadap organisasi, dan
3.
analisis proses
intern yang berlangsung dalam gugus (Crocker et al., 2004).
Sistem Manajemen Mutu Pertamina (SMMP) adalah suatu
sistem manajemen mutu yang dibuat dengan mengacu pada implementasi sistem
manajemen
mutu berstandar internasional dengan mengikuti perkembangannya untuk diterapkan
di seluruh tingkatan kegiatan Pertamina disesuaikan dengan sifat dan
kondisinya.
SMMP bertujuan untuk membawa Pertamina menjadi
perusahaan kelas dunia dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu yang
efektif dan efisien sebagai dasar untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui
proses yang berkualitas dengan landasan basic mentality dan didukung oleh
kepemimpinan yang baik serta perbaikan di segala bidang secara
berkesinambungan.
Perusahaan memiliki indikator kinerja yang digunakan
sebagai pengukur kinerjanya, termasuk kinerja mutu. Salah satu indikator
kinerja yang penting adalah Key Performance Indicator (KPI).
Adapun
Tujuan dari KPI antara lain :
1. Mengukur
kecenderungan kinerja di dalam perusahaan
2. Dasar
perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain
3. Mendasari penyusunan sasaran kerja
Sistem Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja
organisasi merupakan kumpulan aktivitas yang bertujuan utama untuk merancang
pedoman dan mekanisme pengukuran keberhasilan organisasi secara strategis dan
sistematis, serta untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap rancangan
tersebut melalui tingkat pencapaian kinerja. Penilaian kinerja organisasi
diperlukan karena jika perusahaan tidak dapat mengukur kinerjanya, maka
perusahaan tidak dapat mengelolanya, sehingga tujuan perusahaan tidak dapat
tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar