Minggu, 18 November 2012

Makalah Gugus Kendali Mutu


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka sumber daya alam yang potensinya cukup besar. Salah satu diantaranya adalah sumber daya minyak, gas, dan panas bumi. Kendati telah dieksploitasi selama kurun waktu hampir 2 abad, ternyata masih banyak yang belum diusahakan. Tercatat baru 30 cekungan yang telah diekspolitasi, pada umumnya berada di wilayah barat Indonesia, dan 30 cekungan lagi di wilayah timur Indonesia yang disebut dengan wilayah frontier menanti untuk digarap di masa depan. Hasil minyak dan gas merupakan komoditi yang menguasai hajat hidup orang banyak serta merupakan komoditi yang diandalkan untuk sumber devisa bagi negara. Oleh karena itu, pemerintah membentuk Pertamina untuk mengusahakan dan mengembangkan sumber daya migas dan panas bumi di Indonesia.
PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan dalam memenuhi kebutuhan minyak  dan gas bumi. Unit Pengolahan IV yang merupakan salah satu unit operasi dari direktorat pengolahan Pertamina yang berlokasi di Cilacap memiliki tujuan memuaskan konsumen dan meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan meningkatkan kinerja kilang yang berwawasan lingkungan dan berstandar internasional yang dikelola secara profesional. Adanya peningkatan permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari tahun ke tahun di samping naiknya harga minyak dunia menyebabkan kenaikan harga BBM di dalam negeri. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Pertamina untuk terus meningkatkan efisiensi dan mutu pelayanannya, terutama setelah berakhirnya Public Service Obligation (PSO) terhadap pengadaan dan distribusi BBM yang menyebabkan persaingan menjadi semakin ketat. Perhatian tehadap mutu pada saat sekarang ini, terutama jika dikaitkan dengan industri manufaktur dan jasa merupakan suatu keharusan. Mutu adalah permasalahan yang penting dan mendesak, karena jika perusahaan tidak menunjukkan kinerja mutu produk dan pelayanan padahal konsumen menuntutnya, maka akan berakibat pada beralihnya konsumen pada produk dan pelayanan perusahaan lain. Hal ini berarti bahwa perusahaan dalam jangka panjang akan mengalami kehancuran. Dalam dunia bisnis global masa kini persaingan kian ketat, konsumen dan stakeholders menjadi semakin
memperhatikan mutu, sehingga diperlukan manajemen mutu secara total.
Menciptakan mutu produk atau suatu output perusahaan berarti menciptakan suatu proses kerja dalam perusahaan yang menjamin dihasilkannya suatu produk dengan standar mutu tertentu. Manajemen mutu harus mewarnai proses kerja dari hulu sampai hilir, dari perencanaan hingga penjualan, bahkan pelayanan purna jual. Upaya peningkatan mutu antara lain adalah dengan memperbaiki rancangan, standar, dan prosedur kerja sedemikian rupa, sehingga jumlah produk yang cacat dapat ditekan sekecil mungkin. Pengendalian mutu itu sendiri sebenarnya bersifat pencegahan (Tim Warta Pertamina, 2002).
Perhatian Pertamina pada soal mutu baru dimulai tahun 1990-an. Bentuk yang paling dasar dari perhatian terhadap mutu ini adalah pembentukan Gugus Kendali Mutu (GKM).
Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain adalah berapa jumlah dan persentase karyawan yang terlibat, serta berapa jumlah gugus yang ada dan aktif. Setelah memperhatikan statistik yang ada, pimpinan PT Pertamina menilai kegiatan GKM di Pertamina umumnya menunjukkan tidak adanya suatu peningkatan yang signifikan dan dianggap sebagai kegiatan yang tidak dijalankan secara sungguh-sungguh.


1.2.      Landasan Teoritis

1.2.1.        Definisi Gugus Kendali Mutu (GKM)
Menurut Chandra et al. (1991), GKM adalah sekelompok orang dari wilayah kerja yang sama, datang bersama secara sukarela untuk mengidentifikasi permasalahan dalam wilayah kerja mereka, menganalisis, dan mencari solusinya. Gugus tersebut mengajukan solusi pada manajemen dan melaksanakannya setelah disetujui. Tinjauan ulang dan tindakan lanjut dari pelaksanaan solusi juga merupakan tanggung jawab dari Gugus.
Konsep dasar GKM adalah anggapan bahwa penyebab persoalan mutu atau produksi tidak diketahui oleh para pekerja dan manajemen, juga diandaikan bahwa pekerja pabrik mempunyai pengetahuan yang siap pakai, kreatif, dan dapat dilatih untuk menggunakan kreativitas alamiah dalam pemecahan persoalan pekerjaan. Walaupun demikian, GKM merupakan pendekatan yang membina manusia, bukannya pendekatan penggunaan manusia (Crocker et al., 2004).

1.2.2.        Ciri –ciri Gugus Kendali Mutu
Adapun ciri-ciri gugus kedali mutu adalah sebagai berikut :
1.    Tujuan
a.    Untuk meningkatkan komunikasi, terutamaantara karyawan lini dengan manajemen.
b.    Mencari dan memecahkan masalah
2.    Organisasi
a.    GKM terdiri atas seorang kepala dengan delapan sampai sepuluh karyawan yang berasal dari satu bidang pekerjaan.
b.    Gugus juga mempunyai seorang koordinator dan satu atau lebih fasilitator yang bekerja erat dengan gugus.
3.    Latihan
Latihan formal dalam hal teknik pemecahan persoalan biasanya merupakan bagian dari pertemuan gugus.

1.2.3.        Langkah-Langkah Aktual Pembentukan GKM
Crocker et al. (2004) memaparkan secara ringkas langkah-langkah actual dalam proses pelaksanaan GKM, terdiri dari meminta bantuan konsultan dari luar, memperoleh komitmen, membentuk struktur Gugus, dan menempatkan program dalam tempat yang tepat, yang akan diuraikan sebagai berikut :
1.    Konsultan dari Luar
2.    Memperoleh Komitmen
3.    Membentuk Struktur Gugus
4.    Menempatkan Program dalam Tempat yang Tepat

1.2.4.        Mekanisme Kerja GKM
GKM menangani berbagai macam masalah yang melalui beberapa tahapan. Masalah tersebut satu demi satu ditangani melalui tahap yang berkelanjutan, (Chandra et al., 1991) yakni :
(1) pengumpulan masalah,
(2) pemilihan masalah,
(3) analisis masalah,
(4) pemecahan masalah,
(5) presentasi manajemen,
(6) implementasi,
(7) peninjauan ulang dan tindak lanjut

1.2.5.        Penilaian Kinerja Gugus

Penilaian gugus memerlukan tiga jenis pengukuran, yaitu : (1) ukuran produktivitas obyektif, (2) ukuran sikap subyektif mengenai pengaruh gugus terhadap organisasi, dan (3) analisis proses intern yang berlangsung dalam gugus (Crocker et al., 2004).
Pengukuran produktivitas mencakup mutu, scrap, kuantitas, biaya  marjinal, biaya prasarana, peralatan, keamanan kerja dan kecelakaan, perawatan, dan waktu kosong. Sikap dan pergaulan meliputi kepercayaan timbal-balik, komunikasi, hubungan atasan dan bawahan, bolos kerja, keluhan kerja, penggunaan keterampilan, keanggotaan gugus, kepuasan pribadi, jenis dan jumlah persoalan yang dipecahkan. Proses gugus mencakup struktur, pengaruh, pemecahan persoalan, keterbukaan, dan pemantauan. Pengukuran jenis kedua yaitu sikap subyektif mengenai pengaruh gugus terhadap organisasi menggunakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan mengenai : (1) gugus dan latihan (aspek teknis gugus), (2) proses gugus (keberhasilan pemecahan masalah), (3) efektivitas gugus, (4) sikap atau perasaan terhadap gugus dan organisasi, dan (5) pertanyaan mengenai identitas responden.



1.2.6.        Kinerja Perusahaan

Istilah kinerja berasal dari kata performance, yang berarti prestasi yang dicapai oleh seseorang (Mangkunegara, 2002). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Oktaviani (2004), kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja juga dapat diartikan sebagai kegiatan menunaikan tugas dan hasil karya (Narni dalam Oktaviani, 2004)

1.3.      Perumusan Masalah
Adapun Perumusan Masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui implementasi Gugus Kendali Mutu yang ada di PT Pertamina (Persero) UP IV Cilacap.
2.    Mengidentifikasi indikator kinerja perusahaan yang nyata dan dapat diidentifikasi, khususnya yang terkait dengan mutu.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1.      Implementasi Gugus Kendali Mutu Sistem Manajemen Mutu Pertamina (SMMP)

Sistem Manajemen Mutu Pertamina (SMMP) adalah suatu sistem manajemen mutu yang dibuat dengan mengacu pada implementasi sistem
manajemen mutu berstandar internasional dengan mengikuti perkembangannya untuk diterapkan di seluruh tingkatan kegiatan Pertamina disesuaikan dengan sifat dan kondisinya.
SMMP bertujuan untuk membawa Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu yang efektif dan efisien sebagai dasar untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui proses yang berkualitas dengan landasan basic mentality dan didukung oleh kepemimpinan yang baik serta perbaikan di segala bidang secara berkesinambungan.
Kebijakan mutu (quality policy) merupakan falsafah dasar yang dinyatakan secara tertulis dan diterbitkan oleh manajemen puncak yang menyatakan bahwa manajemen mempunyai komitmen atas penerapan sistem manajemen mutu dalam mencapai visi dan misi Pertamina. Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap mengolah minyak bumi menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), Non BBM, dan Petrokimia memiliki komitmen untuk memuaskan pelanggan dengan :
1.    Menghasilkan produk dengan mutu terbaik yang ramah lingkungan, memenuhi persyaratan pelanggan dan pasar dunia.
2.    Proses produksi yang efisien untuk mendapatkan hasil yang kompetitif, serta mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan.
3.    Meningkatkan efektivitas Sistem Manajemen Mutu secara berkesinambungan. Kebijakan Mutu harus dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pekerja UP IV, mitra kerja, dan pelanggan.

Elemen-elemen dalam SMMP adalah sebagai berikut :
1.    Tuntutan pelanggan (customer requirements), semua proses aktivitas perusahaan diarahkan untuk memenuhi hal ini. Kunci utama mengidentifikasi tuntutan pelanggan adalah komunikasi secara terus-menerus.
2.    Kepuasan pelanggan (customer satisfaction), mencakup perbedaan antara harapan dengan kinerja atau hasil yang dirasakan.
3.    Mental dasar (basic mentality) yang diharapkan adalah sikap yang menunjang sesuai dengan persyaratan sistem manajemen mutu yang meliputi kesadaran berkualitas, komitmen, keterlibatan, dukungan, siklus PDCA, pengendalian.
4.    Proses (process), adalah aktivitas utama yang meliputi: perencanaan, produksi, pengiriman, pelayanan, serta interaksi dengan pemasok maupun pelanggan sesuai dengan kaidah-kaidah manajemen mutu.
5.    Kepemimpinan (leadership), tanggung jawab manajemen.

Tahap-tahap pembentukan GKM secara garis besar terdiri dari :
(1)  persiapan, pengenalan, dan sosialisasi
Persiapan, Pengenalan, dan Sosialisasi Langkah awal dalam pembentukan GKM adalah melakukan persiapan dengan dengan meminta bantuan konsultan dari luar perusahaan, yaitu Wahana Kendali Mutu (WKM) dalam mengadakan pelatihan dan  memberikan konsultasi mengenai kendali mutu.
(2)  pembuatan struktur dan prosedur
Unsur-unsur organisasi dalam pengelolaan GKM terdiri dari fasilitator, ketua gugus, dan notulis atau sekretaris, sedangkan steering comittee adalah Sekretariat OP&M.

(3)  pelaksanaan,
Proses kerja GKM terdiri diawali dengan memilih pimpinan GKM, untuk tahap pertama dipilih pimpinan formal sebagai pimpinan GKM. Selanjutnya, dilakukan identifikasi masalah di tempat kerja, kemudian mengevaluasi dan memilih tema yang sederhana dan periode penyelesaian singkat. Pertemuan secara berkala juga diselenggarakan untuk memecahkan masalah dengan teknik-teknik yang ada

(4)  pembudayaan.
Budaya kerja merupakan bagian dari budaya korporat. Sasaran dan tujuan akhir adanya kegiatan GKM di Pertamina UP IV bukan semata-mata pada efisiensi biaya dan peningkatan keuntungan, tetapi lebih ditekankan pada peningkatan budaya kerja

2.2.   Indikator Kinerja Perusahaan Terkait dengan Mutu
Perusahaan memiliki indikator kinerja yang digunakan sebagai pengukur kinerjanya, termasuk kinerja mutu. Salah satu indikator kinerja yang penting adalah Key Performance Indicator (KPI). Tunggal (2003) mendefinisikan KPI sebagai tolok ukur yang mendorong organisasi mencapai tujuannya. KPI atau Ukuran Kinerja Terpilih (UKT) adalah alat untuk mengukur kesehatan dan kebugaran perusahaan atau organisasi. Dengan kata lain, KPI merupakan ukuran keberhasilan kinerja dari suatu unit usaha, fungsi, kelompok, atau individu. Oleh karena itu, KPI bisa dibuat untuk keseluruhan perusahaan, masing-masing bidang atau bagian, kelompok kerja atau tim, maupun masing-masing jabatan. KPI menekankan pada aspek kinerja organisasi yang penting dan vital bagi kesinambungan masa depan organisasi.
Adapun Tujuan dari KPI antara lain :
1.    Mengukur kecenderungan kinerja di dalam perusahaan sehingga diketahui peluang yang dapat dicapai untuk peningkatan kinerja dan efektivitas upaya-upaya peningkatan kinerja.
2.    Dasar perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain agar diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan dan peluang untuk menciptakan nilai bagi penilaian kinerja.
3.    Mendasari penyusunan sasaran kerja Fungsi dan penetapan insentif sehingga dapat digunakan untuk menyusun sasaran kerja individu dan kelompok serta dapat dijadikan dasar penetapan penghargaan kinerja, insentif, dan keputusan promosi.






BAB III
KESIMPULAN

Menurut Chandra et al. (1991), GKM adalah sekelompok orang dari wilayah kerja yang sama, datang bersama secara sukarela untuk mengidentifikasi permasalahan dalam wilayah kerja mereka, menganalisis, dan mencari solusinya.
Adapun ciri-ciri gugus kedali mutu adalah sebagai berikut :
1.    Tujuan
2.    Organisasi
3.    Latihan

Penilaian gugus memerlukan tiga jenis pengukuran, yaitu :
1.    ukuran produktivitas obyektif,
2.    ukuran sikap subyektif mengenai pengaruh gugus terhadap organisasi, dan
3.    analisis proses intern yang berlangsung dalam gugus (Crocker et al., 2004).

Sistem Manajemen Mutu Pertamina (SMMP) adalah suatu sistem manajemen mutu yang dibuat dengan mengacu pada implementasi sistem
manajemen mutu berstandar internasional dengan mengikuti perkembangannya untuk diterapkan di seluruh tingkatan kegiatan Pertamina disesuaikan dengan sifat dan kondisinya.

SMMP bertujuan untuk membawa Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu yang efektif dan efisien sebagai dasar untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui proses yang berkualitas dengan landasan basic mentality dan didukung oleh kepemimpinan yang baik serta perbaikan di segala bidang secara berkesinambungan.

Perusahaan memiliki indikator kinerja yang digunakan sebagai pengukur kinerjanya, termasuk kinerja mutu. Salah satu indikator kinerja yang penting adalah Key Performance Indicator (KPI).
Adapun Tujuan dari KPI antara lain :
1.    Mengukur kecenderungan kinerja di dalam perusahaan
2.    Dasar perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain
3.     Mendasari penyusunan sasaran kerja

Sistem Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja organisasi merupakan kumpulan aktivitas yang bertujuan utama untuk merancang pedoman dan mekanisme pengukuran keberhasilan organisasi secara strategis dan sistematis, serta untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap rancangan tersebut melalui tingkat pencapaian kinerja. Penilaian kinerja organisasi diperlukan karena jika perusahaan tidak dapat mengukur kinerjanya, maka perusahaan tidak dapat mengelolanya, sehingga tujuan perusahaan tidak dapat tercapai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar